Selasa, 28 Maret 2017

When ILY (PART 2 of My Life In 2016)




Original story by Shyqilla Nabiila Daffa (SN.d)
FF ONESHOOT
Main cast : Ryo Cho Mu dan Seo Dana
Other Cast : Hyo So Ta, Kim Luna, Kim Gae, Hye Ryu Ul, Jung Sa Ka, Ahjusshi
Genre : Hurt romance
Rating :  ? ? ?
(INSPIRED BY SND STORY)
 

Hembusan angin menerpa wajahku dengan pelan, hingga membuatku berpikir apakah seperti itukah perasaanku saat ini? Perasaan yang berada di tengah – tangah antara kata iya dan tidak. Sama seperti angin yang berhembus tanpa arah dan tujuan. Perasaan yang tidak memiliki kepastian disetiap harinya. Mungkin warna gelap yang hanya bisa menggambarkan perasaanku sekarang.

Selama satu tahun lebih aku menunggu, menunggu kapan semua perasaanku ini akan terjawab. Bukankah begitu gampang hanya mengatakan kata iya atau tidak? Bukannya juga kau hanya tinggal memilih lalu menjawabnya? Dan aku akan mendengarkannya walaupun aku akan menanggung akhir yang pedih seorang diri.

Perjuanganku tidaklah semudah itu, aku harus menghadapi semua rasa sakit seorang diri hanya seorang. Siang berganti malam, malampun berganti siang begitu seterusnya. Memperjuangkanmu seorang diri hingga saat ini tidaklah semudah itu.

~STUDY TOUR~
Tempo hari sebelum berangkat study tour, Dana telah merencanakan berbagi hal disana. Bahkan ia sudah mempunyai angan –angan semoga sepulang tour dari Bali, ia mempunyai seorang namjachingu dan tidak akan pernah sendiri lagi. Dana juga mempunyai angan – angan semoga sewaktu di bus tempat duduknya bersebelahan dengan Ryo Cho Mu dan ia juga mempunyai angan – angan setiap pemberhentian di tempat pariwisata ia akan mengabadikan momentnya dengan Ryo Cho Mu.

Dan apa yang terjadi semua angan – angannya gagal kecuali mengabadikan momentnya dengan Cho Mu.
Sebelum itu . . .
“Kau membeli apa?” So Ta.

“Gelang. Ottae?” Dana.

“Hm, lumayan.” So Ta.

“Aku membeli sepasang.” Dana.

“Kau membeli gelang couple? Jinjja? Jangan bilang kau akan memberikannya kepada Cho Mu?” So Ta.

“Haish aku tidak percaya kalau kau berani memberikan gelang itu!” Tambah So Ta.

“Hya’ kenapa kau malah bilang seperti itu? Bukankah seharusnya kau mendukungku bukan?” Dana.

“Jinjja! Kenapa aku bilang seperti itu? Karena aku tahu, kau saja meminta foto bersamanya tidak berani.” So Ta.

“Kau masih ingat dihari pertama sewaktu di tempat pariwisata tanah lot? Sudah jelas kau dekat saat itu tinggal kau saja yang meminta, tetapi kau hanya diam saja!” So Ta.

“Semua waktumu habis terbuang sia – sia sekarang. Kau juga masih ingat bukan di GWK? Sudah jelas juga kita berkumpul bersama disana tetapi kau dengannya hanya diam tidak ada yang mengalah untuk membuka pembicaraan. Seharusnya kau bisa mengajaknya berfoto.” So Ta.

“Dan juga di Banjra Sandi. Kau juga meminta tolong kepada Sa Ka untuk membantumu agar foto dengan Cho Mu tapi apa? Tidak jadi bukan? Dari hari pertama kita melakukan tour hingga hari terakhir saat ini kau juga belum foto dengannyakan?” Jelas So Ta berulang kali.

“Tapi bukankah masih ada kesempatan untukku So Ta?” Dana sambil menundukkan kepalanya.

“WAEE!!! Bahkan kau tidak mau makan sewaktu dihotel gara – gara semua rencanamu itu gagal. 
Dana-ya sadarlah itu hanya Ryu Cho Mu!” So Ta.

“Gaerona . . .” Dana.

“Huft geurae (Sambil menepuk – nepuk pundak Dana) Aku akan membantumu sebisa yang aku bisa.” So Ta.

“Gumawoyo So Ta-ya. Aku akan memberikan gelang ini setelah foto dengannya.” Dana.

“Ne chingu.” So Ta.

“Aku akan memakai gelangnya jadi saat aku memberikan kepadanya tidak begitu kesulitan.” Jelas Dana.

~PENYEBRANGAN DI PELABUHAN~
“Kau melihat Cho Mu?” Dana.

“Aniya.” Sa Ka.
“Apa ini akan gagal lagi?” Batin.

*Beberapa menit kemudia*
“Hya’ Dana-ya bukankah kau tadi mencari Cho Mu? Kau belum foto sama sekali dengannyakan?” Sa Ka.

*BLANKK*
*Setelah foto*
“Hya’ cepat kau berikan gelang itu.” So Ta.

“. . . .” Dana.

“Dana-ya!” So Ta.

“Apa kau tidak melihat? Ada banyak orang disini.” Dana.

“Oke. Setelah ini saja.” So Ta.

~TEMPAT MAKAN~
“Ini kesempatan terakhirku.” Dana.

“Kau harus berani Dana- ya!” Luna.

“Mau tidak mau kau harus memberikan gelang itu kepadanya. Fighting!” Ryu Ul.

“Jika tidak kau akan menyesal selamanya.” So Ta.

“Chakkaman! Lalu bagaimana kita memanggil Cho Mu? Pikirkan itu dulu.” Kim Gae.

“Geureochi!” Luna.

“Hmm  . . . Ahjusshi!” Ryu Ul.

“Ahjussi bisakah kau membantu kami? Temanku ini ingin memberikan gelang dengan itu (Sambil menunjuk Cho Mu) tetapi ia tidak berani. Jadi bagaimana? Kami semua bingung.” Jelas Ryu Ul.

“Oh, jadi maksudmu aku harus memanggilnya untuk membawanya kesini? Geureohtha?” Ahjussi.

“Oke, setelah Cho Mu kemari kalian semua pergi kecuali Dana. Arraseo?” Ahjussi.

“Geurochi, Ahjussi!” Ryu Ul.

 Ahjussipun dengan senang hati berjalan menuju bangku tempat Cho Mu.

“Ryu Ul-ya nuguseo?” Kim Gae.

“Nugu? Ahjussi? Ahh, dia adalah tour guide di busku.” Jelas Ryu Ul.

“Haisshh aku iri!” Kim Gae.

*Beberapa menit*
“Kajja kajja. Kita pergi. Kajja!” Ryu Ul.

“Hya’ chakkaman!” Dana.

Cho Mupun datang dengan Ahjusshi.

Danapun hanya melihat Cho Mu, Cho Mu bertindak sangat berisik ketika akan tinggal dengan Ahjussi. Dana tahu pasti Cho Mu sangat canggung dan malu karena akan tinggal berdua saja. Dana tidak mau ambil pusing dan ingin cepat menyelesaikannya.

Danapun beranjak dari tempat duduknya berjalan mendekati Cho Mu, menganyunkan tangganya dan memegang tangan Cho Mu lalu memberikan gelang ke telapak tangan Cho Mu.
Cho Mupun terdiam.

“Cho Mu-na gelang ini utukmu, aku titip tolong pakai dan simpan untuk selamanya.” Dana lalu meninggalkan Cho Mu.
***
Aku memang payah! Volume degup jantung semakin bertambah terus bertambah ketika ia menatapku dan aku menatapnya degup jantungku semakin bertambah dan aku tidak bias mengkontrolnya. Aku harus cepat – cepat berlalu tetapi kejadian itu begitu cepat.

Ahjussipun memanggilku, akupun mengikutinya.
“Kau tahu? Tadi sebenarnya sudah bagus tetapi kenapa kau gugup? Seharusnya kau jangan gugup. Jika kau tidak gugup dan dapat merangkai kata – kata dengan baik pati dia akan memikirkan hal ini terus menerus.” Jelas Ahjussi.

“Tetapi Ahjussi aku tidak sepandai itu dalam berbicara. Aku memang pandai dalam menyusun kata –kata tetapi untuk mengucapkannya aku tidak bisa.” Jelasku.

Akupun menengok kearah Cho Mu dan apa? Gelang itu dipakai, aku sangat senang sekali. Aku sangat bersyukur ia masih mau memakainya. Akupun tersenyum.
“Bukankah kau punya tujuan dan makna tersembunyi sewaktu kau akan memberikan gelang itu?” Tanya Ahjussi.

* BLANK SPACE* “ . . .” Dana
“Seperti gelang tadi bukankah warnanya hitam dan putih? Kau bisa mengartikan hitam sebagai kekurangan dan putih sebagai kelebihan jadi sewaktu tadi kau juga bisa menambahkannya dalam pembicaraan. Nah gelang ini sebagai simbol kekurangan dan kelebihan, aku akan menutupi kekurangan dengan kelebihanku dan kau akan menutupi kekuranganku dengan kelebihanmu. Jadi saling melengkapi.” Jelas Ahjussi.

Akupun hanya terdiam. Benar juga kejadian tadi begitu sangat cepat dan aku sangat gugup. Tetapi perkataan Ahjussi sangatlah banyak. Aku hanya ingin dengan Cho Mu memakai gelang itu dia akan mengingatku seperti apa perjuangkanku dan sebaik apa aku menolongnya. Hanya itu.

“Kau tahu sebenarnya sebelum kau mau melakukan sesuatu yang mau kau lakukan ia sudah menunggumu. Dia sudah menunggu apa yang ingin kau lakukan.” Bilang Ahjussi.

“Apa kau tahu raut wajahnya? Kalua orang diajak sesuatu tidak mau wajahnya pasti udah murung pokoknya udah males. Kamu liat tadi wajahnya malu malu mau bukan?” Tambah Ahjussi.

“Sudah aku akan pergi.” Ahjussi.

                Mwo? Apa yang dikatakan Ahjussi itu benar? Apa Ahjussi itu cuma mau menenangkan pikiran dan perasaanku saja?

~KELAS~
Akupun menunggunya. Aku sudah terbiasa dengan hal menunggu, tidak lama saat aku menunggunya iapun datang. Aku langsung terfokus dengan pergelangan tangannya dan ia tidak memakai grlang yang aku berikan. 

Akupun memikirkan hal positif setidaknya sewaktu aku memberikan gelang itu ia memakainya. Ne, setidaknya ia pernah memakainya. Mungkin ia menyimpannya dirumah.

Kim Gae duduk disamping Cho Mu sambil melihat dan memegang pergelangan tangan Cho Mu.
“Kau tidak memakainya?” Kim Gae.
“Mwo?” Cho Mu.
“Ani.” Kim Gae.

~25 MARET 2017~
“Dana-ya aku ingin mengatakan sesuatu.” Kim Lihe.
“Mwo-ya?”
“Aku tadi melihat Cho Mu sedang naik ke lantai 2 di mall dengan seorang yeoja. Hanya berdua.” Lihe.
“Mungkin itu Noonanya.” Jawabku.
“Coba kau tanyakan kepada SaKa.” Lihe.

To : Sa Ka
“SaKa-ya apa Cho Mu Noona sedang keluar dengan Cho Mu di mall?”

From : Sa Ka
“Aniya, tidak keluar kok. Dia sekarang didepanku ini saja mau pegi ke café. Wae?”

Hahahaha jinjja. . . Apa lagi ini? Noonanya saja dirumah lantas ia pergi dengan siapa? NUGUNDE? Drama seperti apa lagi yang akan aku mainkan? Aku lelah.

~KEESOKAN HARINYA~
Akupun menunggu lagi masih ditempat yang sama. Aku terus menatapnya . . . Memandanginya . . . Apakah semua itu benar?  Aku masih belum mempercayainya.

Aku melihat berubahan yang begitu cepat pada hari itu. Bahkan dulu ia tidak pernah membawa ponselnya sewaktu ke sekolah tetapi sekarang ia membawa selalu ponselnya kemana – mana. Saat pelajaranpun walaupun ia membawa ponsel, ia tidak pernah membuka ponselnya tetapi sekarang ia membuka ponselnya dan menutupi sangat rapat bagian layar ponsel dengan telapak tangannya.  
             
Bahkan saat pelajaran dimulai ia sempat online membalas chat entah dari siapa padahal ia dulu tidak pernah melakukan hal itu. Cho Mu terus memandang layar ponselnya dengan senyum yang belum pernah aku lihat selama ini.

Apakah sesakit ini? Melihat kenyataan bahwa orang yang selama ini aku sukai menyukai orang lain?

*SORE HARI*
“Aku hanya ingin bertanya siapa yeoja itu? Aku hanya ingin tahu lalu selepas itu, akau akan berhenti.” Bilangku.
“Kalau begitu langsung chat saja dia, Tanya siapa dia. Mudahkan?” Lee Gina.
“Jinjja? Enteng sekali kau bilang.” So Ta.
“Tapi tidak apa juga. Tidak salah kok.” Luna.
“Geurae. Aku akan mencoba sekarang.” Bilangku.

To : Cho Mu
“Cho Mu-na . . .”

From : Cho Mu
“Wae?”

To : Cho Mu
“Sewaktu malam minggu bukankah kau keluar? Dengan siapa?”

From : Cho Mu
“Chingu.”

To : Cho Mu
“Chingu? Tidak mungkin itu temanmu.”

From : Cho Mu
“Kalu begitu terserahmu saja.”

To : Cho Mu
“Katakan padaku siapa itu?”

From : Cho Mu
“Ya Chingu.”

To : Cho Mu
“Tidak mungkin itu temanmu. Jika kau menyembunyikannya berarti itu bukan temanmu.”

From : Cho Mu
“Terus apa?”

To : Cho Mu
“Makannya katakana padaku. Tidak mungkin itu temanmu jika kau menyembunyikannya pati itu lebih dari teman.”

From : Cho Mu
“Memang apa masalahnya untukmu?”

                Deg! Apa sebegitu mudahnya kau mengatakan hal itu kepadaku? Heiii! Aku menyukaimu begitu lama bodoh! Tidak mugkin kau tidak mengetahuinya!

To : Cho Mu
“Apa kau tidak merasa?”

From : Cho Mu
“Mwo?”

To : Cho Mu
“Apa kamu tidak berfikir?”

From : Cho Mu
“Memikirkan apa?”

To : Cho Mu
“Bukannya dulu aku sudah pernah bilang kepadamu? Lupa? Apa kau tidak membacanya?”

From : Cho Mu
“Mwo?”

To : Cho Mu
“Kanapa kamu ga menghargai aku? Wae?”

From : Cho Mu
“Katakan kepadaku!”

To : Cho Mu
“Memangnya memperjuangkanmu sampai sekarang itu mudah? Kau menghiraukanku dan tidak menganggapku ada, apa itu tidak membuatku sakit?”

From : Cho Mu
“Kenapa memang?”

To : Cho Mu
“Kenapa? Kau masih bias Tanya kenapa?”

From : Cho Mu
“Tanya salah, ga Tanya salah.”

To : Cho Mu
“Bukankah aku sudah menjawabnya.”

From : Cho Mu
“Sekarang aku harus bagaimana?”

To : Cho Mu
“Bukannya sudah jelas? Aku menyukaimu.”

From : Cho Mu
“Lalu aku harus?”

To : Cho Mu
“Seharusnya kamu juga mikir harus bagaimana? Masalahlah kalau kau keluar dengan yeoja hanya berdua saja. Masalahlah kalau kau dekat dengan seorang yeoja. Karena aku menyukaimu. Kurang jelas seperti apa lagi?”

From : Cho Mu
“Makannya aku harus bagaimana Dana-ya?”

To : Cho Mu
“Jangan dekat dengan yeoja lain. Aku tahu aku bukan siapa – siapamu.”
***
                Bukankan itu menyakitkan? Apa dia tidak memikirkan perjuanganku selama ini seperti apa? Apa sedikit saja ia tidak pernah melihat walaupun itu sedikit untuk melihat perjuanganku sampai saat ini?

Apa dia tidak memikirkan saat aku memberikan gelang kepadanya? Setengah mati aku berusaha untuk memberanikan diriku, kukumpulkan semua keberanianku saat itu. Apa dia tidak memikirnya juga? 

Yeoja mana yang mau memberikan gelang ditempat yang ramai seperti itu dan mengatakan suatu hal saat memberikannya?

Perempuan mana yang mau memperjuangkan perasaannya seorang diri selama satu tahun lebih hanya untuk menunggu jawaban?

Yeoja bodoh mana yang hanya mau menunggu perkataan kata iya atau tidak dari mulutmu?
Yeoja tolol mana yang mau memperjuangkanmu seperti ini?
Yeoja seperti apa dan mana Ryo Cho Mu? Katakan padaku?

Bagiku menunggumu sampai kapanpun itu tidak apa - apa, memperjuangkanmu seorang diri walaupun itu sakit bagiku juga tidak apa – apa tapi melihatmu menyukai orang lain itu benar – benar rasa sakitku paling luar biasa yang baru pertama kali aku rasakan.

Terimakasih telah membuatku benar dan sangat – sangat terpikat olehmu hingga aku lupa kini hanya aku yang memperjuangkanmu seorang.

To Be Continued …