Original story by Shyqilla Nabiila
Daffa (SN.d)
FF ONESHOOT
Main cast : Ryo Cho Mu dan Seo Dana
Other Cast : Hyo So Ta, Kim Luna, Kim Gae, Hye Ryu Ul, Jung Sa Ka, Ahjusshi
Genre : Hurt romance
Rating : ? ? ?
Hembusan
angin menerpa wajahku dengan pelan, hingga membuatku berpikir apakah seperti
itukah perasaanku saat ini? Perasaan yang berada di tengah – tangah antara kata
iya dan tidak. Sama seperti angin yang berhembus tanpa arah dan tujuan.
Perasaan yang tidak memiliki kepastian disetiap harinya. Mungkin warna gelap
yang hanya bisa menggambarkan perasaanku sekarang.
Selama
satu tahun lebih aku menunggu, menunggu kapan semua perasaanku ini akan
terjawab. Bukankah begitu gampang hanya mengatakan kata iya atau tidak?
Bukannya juga kau hanya tinggal memilih lalu menjawabnya? Dan aku akan
mendengarkannya walaupun aku akan menanggung akhir yang pedih seorang diri.
Perjuanganku
tidaklah semudah itu, aku harus menghadapi semua rasa sakit seorang diri hanya
seorang. Siang berganti malam, malampun berganti siang begitu seterusnya. Memperjuangkanmu
seorang diri hingga saat ini tidaklah semudah itu.
~STUDY TOUR~
Tempo hari
sebelum berangkat study tour, Dana telah merencanakan berbagi hal disana.
Bahkan ia sudah mempunyai angan –angan semoga sepulang tour dari Bali, ia mempunyai
seorang namjachingu dan tidak akan pernah sendiri lagi. Dana juga mempunyai
angan – angan semoga sewaktu di bus tempat duduknya bersebelahan dengan Ryo Cho
Mu dan ia juga mempunyai angan – angan setiap pemberhentian di tempat
pariwisata ia akan mengabadikan momentnya dengan Ryo Cho Mu.
Dan apa yang terjadi semua angan –
angannya gagal kecuali mengabadikan momentnya dengan Cho Mu.
Sebelum itu . . .
“Kau membeli apa?” So Ta.
“Gelang. Ottae?” Dana.
“Hm, lumayan.” So Ta.
“Aku membeli sepasang.” Dana.
“Kau membeli gelang couple? Jinjja?
Jangan bilang kau akan memberikannya kepada Cho Mu?” So Ta.
“Haish aku tidak percaya kalau kau
berani memberikan gelang itu!” Tambah So Ta.
“Hya’ kenapa kau malah bilang
seperti itu? Bukankah seharusnya kau mendukungku bukan?” Dana.
“Jinjja! Kenapa aku bilang seperti
itu? Karena aku tahu, kau saja meminta foto bersamanya tidak berani.” So Ta.
“Kau masih ingat dihari pertama
sewaktu di tempat pariwisata tanah lot? Sudah jelas kau dekat saat itu tinggal
kau saja yang meminta, tetapi kau hanya diam saja!” So Ta.
“Semua waktumu habis terbuang sia –
sia sekarang. Kau juga masih ingat bukan di GWK? Sudah jelas juga kita
berkumpul bersama disana tetapi kau dengannya hanya diam tidak ada yang
mengalah untuk membuka pembicaraan. Seharusnya kau bisa mengajaknya berfoto.”
So Ta.
“Dan juga di Banjra Sandi. Kau juga
meminta tolong kepada Sa Ka untuk membantumu agar foto dengan Cho Mu tapi apa?
Tidak jadi bukan? Dari hari pertama kita melakukan tour hingga hari terakhir
saat ini kau juga belum foto dengannyakan?” Jelas So Ta berulang kali.
“Tapi bukankah masih ada kesempatan
untukku So Ta?” Dana sambil menundukkan kepalanya.
“WAEE!!! Bahkan kau tidak mau makan
sewaktu dihotel gara – gara semua rencanamu itu gagal.
Dana-ya sadarlah itu
hanya Ryu Cho Mu!” So Ta.
“Gaerona . . .” Dana.
“Huft geurae (Sambil menepuk – nepuk
pundak Dana) Aku akan membantumu sebisa yang aku bisa.” So Ta.
“Gumawoyo So Ta-ya. Aku akan
memberikan gelang ini setelah foto dengannya.” Dana.
“Ne chingu.” So Ta.
“Aku akan memakai gelangnya jadi
saat aku memberikan kepadanya tidak begitu kesulitan.” Jelas Dana.
~PENYEBRANGAN DI PELABUHAN~
“Kau melihat Cho Mu?” Dana.
“Aniya.” Sa Ka.
“Apa ini akan gagal lagi?” Batin.
*Beberapa menit kemudia*
“Hya’ Dana-ya bukankah kau tadi
mencari Cho Mu? Kau belum foto sama sekali dengannyakan?” Sa Ka.
*BLANKK*
*Setelah foto*
“Hya’ cepat kau berikan gelang itu.”
So Ta.
“. . . .” Dana.
“Dana-ya!” So Ta.
“Apa kau tidak melihat? Ada banyak
orang disini.” Dana.
“Oke. Setelah ini saja.” So Ta.
~TEMPAT MAKAN~
“Ini kesempatan terakhirku.” Dana.
“Kau harus berani Dana- ya!” Luna.
“Mau tidak mau kau harus memberikan
gelang itu kepadanya. Fighting!” Ryu Ul.
“Jika tidak kau akan menyesal
selamanya.” So Ta.
“Chakkaman! Lalu bagaimana kita
memanggil Cho Mu? Pikirkan itu dulu.” Kim Gae.
“Geureochi!” Luna.
“Hmm . . . Ahjusshi!” Ryu Ul.
“Ahjussi bisakah kau membantu kami?
Temanku ini ingin memberikan gelang dengan itu (Sambil menunjuk Cho Mu) tetapi
ia tidak berani. Jadi bagaimana? Kami semua bingung.” Jelas Ryu Ul.
“Oh, jadi maksudmu aku harus memanggilnya
untuk membawanya kesini? Geureohtha?” Ahjussi.
“Oke, setelah Cho Mu kemari kalian
semua pergi kecuali Dana. Arraseo?” Ahjussi.
“Geurochi, Ahjussi!” Ryu Ul.
Ahjussipun dengan senang hati
berjalan menuju bangku tempat Cho Mu.
“Ryu Ul-ya nuguseo?” Kim Gae.
“Nugu? Ahjussi? Ahh, dia adalah tour
guide di busku.” Jelas Ryu Ul.
“Haisshh aku iri!” Kim Gae.
*Beberapa menit*
“Kajja kajja. Kita pergi. Kajja!”
Ryu Ul.
“Hya’ chakkaman!” Dana.
Cho Mupun datang dengan Ahjusshi.
Danapun
hanya melihat Cho Mu, Cho Mu bertindak sangat berisik ketika akan tinggal
dengan Ahjussi. Dana tahu pasti Cho Mu sangat canggung dan malu karena akan
tinggal berdua saja. Dana tidak mau ambil pusing dan ingin cepat menyelesaikannya.
Danapun
beranjak dari tempat duduknya berjalan mendekati Cho Mu, menganyunkan tangganya
dan memegang tangan Cho Mu lalu memberikan gelang ke telapak tangan Cho Mu.
Cho Mupun
terdiam.
“Cho Mu-na gelang ini utukmu, aku
titip tolong pakai dan simpan untuk selamanya.” Dana lalu meninggalkan Cho Mu.
***
Aku memang
payah! Volume degup jantung semakin bertambah terus bertambah ketika ia
menatapku dan aku menatapnya degup jantungku semakin bertambah dan aku tidak bias
mengkontrolnya. Aku harus cepat – cepat berlalu tetapi kejadian itu begitu
cepat.
Ahjussipun
memanggilku, akupun mengikutinya.
“Kau tahu? Tadi sebenarnya sudah
bagus tetapi kenapa kau gugup? Seharusnya kau jangan gugup. Jika kau tidak
gugup dan dapat merangkai kata – kata dengan baik pati dia akan memikirkan hal
ini terus menerus.” Jelas Ahjussi.
“Tetapi Ahjussi aku tidak sepandai
itu dalam berbicara. Aku memang pandai dalam menyusun kata –kata tetapi untuk
mengucapkannya aku tidak bisa.” Jelasku.
Akupun
menengok kearah Cho Mu dan apa? Gelang itu dipakai, aku sangat senang sekali.
Aku sangat bersyukur ia masih mau memakainya. Akupun tersenyum.
“Bukankah kau punya tujuan dan makna
tersembunyi sewaktu kau akan memberikan gelang itu?” Tanya Ahjussi.
* BLANK SPACE* “ . . .” Dana
“Seperti gelang tadi bukankah warnanya
hitam dan putih? Kau bisa mengartikan hitam sebagai kekurangan dan putih
sebagai kelebihan jadi sewaktu tadi kau juga bisa menambahkannya dalam
pembicaraan. Nah gelang ini sebagai simbol kekurangan dan kelebihan, aku akan
menutupi kekurangan dengan kelebihanku dan kau akan menutupi kekuranganku
dengan kelebihanmu. Jadi saling melengkapi.” Jelas Ahjussi.
Akupun
hanya terdiam. Benar juga kejadian tadi begitu sangat cepat dan aku sangat
gugup. Tetapi perkataan Ahjussi sangatlah banyak. Aku hanya ingin dengan Cho Mu
memakai gelang itu dia akan mengingatku seperti apa perjuangkanku dan sebaik
apa aku menolongnya. Hanya itu.
“Kau tahu sebenarnya sebelum kau mau
melakukan sesuatu yang mau kau lakukan ia sudah menunggumu. Dia sudah menunggu
apa yang ingin kau lakukan.” Bilang Ahjussi.
“Apa kau tahu raut wajahnya? Kalua
orang diajak sesuatu tidak mau wajahnya pasti udah murung pokoknya udah males.
Kamu liat tadi wajahnya malu malu mau bukan?” Tambah Ahjussi.
“Sudah aku akan pergi.” Ahjussi.
Mwo?
Apa yang dikatakan Ahjussi itu benar? Apa Ahjussi itu cuma mau menenangkan
pikiran dan perasaanku saja?
~KELAS~
Akupun
menunggunya. Aku sudah terbiasa dengan hal menunggu, tidak lama saat aku menunggunya
iapun datang. Aku langsung terfokus dengan pergelangan tangannya dan ia tidak
memakai grlang yang aku berikan.
Akupun
memikirkan hal positif setidaknya sewaktu aku memberikan gelang itu ia
memakainya. Ne, setidaknya ia pernah memakainya. Mungkin ia menyimpannya
dirumah.
Kim Gae
duduk disamping Cho Mu sambil melihat dan memegang pergelangan tangan Cho Mu.
“Kau tidak memakainya?” Kim Gae.
“Mwo?” Cho Mu.
“Ani.” Kim Gae.
~25 MARET 2017~
“Dana-ya aku ingin mengatakan
sesuatu.” Kim Lihe.
“Mwo-ya?”
“Aku tadi melihat Cho Mu sedang naik
ke lantai 2 di mall dengan seorang yeoja. Hanya berdua.” Lihe.
“Mungkin itu Noonanya.” Jawabku.
“Coba kau tanyakan kepada SaKa.”
Lihe.
To : Sa Ka
“SaKa-ya apa Cho Mu Noona sedang
keluar dengan Cho Mu di mall?”
From : Sa Ka
“Aniya, tidak keluar kok. Dia
sekarang didepanku ini saja mau pegi ke café. Wae?”
Hahahaha
jinjja. . . Apa lagi ini? Noonanya saja dirumah lantas ia pergi dengan siapa?
NUGUNDE? Drama seperti apa lagi yang akan aku mainkan? Aku lelah.
~KEESOKAN HARINYA~
Akupun
menunggu lagi masih ditempat yang sama. Aku terus menatapnya . . . Memandanginya
. . . Apakah semua itu benar? Aku masih
belum mempercayainya.
Aku
melihat berubahan yang begitu cepat pada hari itu. Bahkan dulu ia tidak pernah
membawa ponselnya sewaktu ke sekolah tetapi sekarang ia membawa selalu
ponselnya kemana – mana. Saat pelajaranpun walaupun ia membawa ponsel, ia tidak
pernah membuka ponselnya tetapi sekarang ia membuka ponselnya dan menutupi
sangat rapat bagian layar ponsel dengan telapak tangannya.
Bahkan
saat pelajaran dimulai ia sempat online membalas chat entah dari siapa padahal
ia dulu tidak pernah melakukan hal itu. Cho Mu terus memandang layar ponselnya
dengan senyum yang belum pernah aku lihat selama ini.
Apakah
sesakit ini? Melihat kenyataan bahwa orang yang selama ini aku sukai menyukai
orang lain?
*SORE HARI*
“Aku hanya ingin bertanya siapa
yeoja itu? Aku hanya ingin tahu lalu selepas itu, akau akan berhenti.”
Bilangku.
“Kalau begitu langsung chat saja
dia, Tanya siapa dia. Mudahkan?” Lee Gina.
“Jinjja? Enteng sekali kau bilang.”
So Ta.
“Tapi tidak apa juga. Tidak salah
kok.” Luna.
“Geurae. Aku akan mencoba sekarang.”
Bilangku.
To : Cho Mu
“Cho Mu-na . . .”
From : Cho Mu
“Wae?”
To : Cho Mu
“Sewaktu malam minggu bukankah kau
keluar? Dengan siapa?”
From : Cho Mu
“Chingu.”
To : Cho Mu
“Chingu? Tidak mungkin itu temanmu.”
From : Cho Mu
“Kalu begitu terserahmu saja.”
To : Cho Mu
“Katakan padaku siapa itu?”
From : Cho Mu
“Ya Chingu.”
To : Cho Mu
“Tidak mungkin itu temanmu. Jika kau
menyembunyikannya berarti itu bukan temanmu.”
From : Cho Mu
“Terus apa?”
To : Cho Mu
“Makannya katakana padaku. Tidak
mungkin itu temanmu jika kau menyembunyikannya pati itu lebih dari teman.”
From : Cho Mu
“Memang apa masalahnya untukmu?”
Deg!
Apa sebegitu mudahnya kau mengatakan hal itu kepadaku? Heiii! Aku menyukaimu
begitu lama bodoh! Tidak mugkin kau tidak mengetahuinya!
To : Cho Mu
“Apa kau tidak merasa?”
From : Cho Mu
“Mwo?”
To : Cho Mu
“Apa kamu tidak berfikir?”
From : Cho Mu
“Memikirkan apa?”
To : Cho Mu
“Bukannya dulu aku sudah pernah
bilang kepadamu? Lupa? Apa kau tidak membacanya?”
From : Cho Mu
“Mwo?”
To : Cho Mu
“Kanapa kamu ga menghargai aku? Wae?”
From : Cho Mu
“Katakan kepadaku!”
To : Cho Mu
“Memangnya memperjuangkanmu sampai
sekarang itu mudah? Kau menghiraukanku dan tidak menganggapku ada, apa itu
tidak membuatku sakit?”
From : Cho Mu
“Kenapa memang?”
To : Cho Mu
“Kenapa? Kau masih bias Tanya kenapa?”
From : Cho Mu
“Tanya salah, ga Tanya salah.”
To : Cho Mu
“Bukankah aku sudah menjawabnya.”
From : Cho Mu
“Sekarang aku harus bagaimana?”
To : Cho Mu
“Bukannya sudah jelas? Aku
menyukaimu.”
From : Cho Mu
“Lalu aku harus?”
To : Cho Mu
“Seharusnya kamu juga mikir harus
bagaimana? Masalahlah kalau kau keluar dengan yeoja hanya berdua saja.
Masalahlah kalau kau dekat dengan seorang yeoja. Karena aku menyukaimu. Kurang
jelas seperti apa lagi?”
From : Cho Mu
“Makannya aku harus bagaimana
Dana-ya?”
To : Cho Mu
“Jangan dekat dengan yeoja lain. Aku tahu
aku bukan siapa – siapamu.”
***
Bukankan
itu menyakitkan? Apa dia tidak memikirkan perjuanganku selama ini seperti apa?
Apa sedikit saja ia tidak pernah melihat walaupun itu sedikit untuk melihat perjuanganku
sampai saat ini?
Apa dia
tidak memikirkan saat aku memberikan gelang kepadanya? Setengah mati aku
berusaha untuk memberanikan diriku, kukumpulkan semua keberanianku saat itu.
Apa dia tidak memikirnya juga?
Yeoja mana
yang mau memberikan gelang ditempat yang ramai seperti itu dan mengatakan suatu
hal saat memberikannya?
Perempuan mana
yang mau memperjuangkan perasaannya seorang diri selama satu tahun lebih hanya
untuk menunggu jawaban?
Yeoja
bodoh mana yang hanya mau menunggu perkataan kata iya atau tidak dari mulutmu?
Yeoja
tolol mana yang mau memperjuangkanmu seperti ini?
Yeoja
seperti apa dan mana Ryo Cho Mu? Katakan padaku?
Bagiku
menunggumu sampai kapanpun itu tidak apa - apa, memperjuangkanmu seorang diri
walaupun itu sakit bagiku juga tidak apa – apa tapi melihatmu menyukai orang
lain itu benar – benar rasa sakitku paling luar biasa yang baru pertama kali
aku rasakan.
Terimakasih
telah membuatku benar dan sangat – sangat terpikat olehmu hingga aku lupa kini
hanya aku yang memperjuangkanmu seorang.
To Be Continued …